Sabtu, 07 Februari 2009

Evaluasi Perubahan Penggunaan Lahan Menggunakan Pendekatan Regresi Logistik

Regresi Logistik
Regresi logistik adalah statistik multivariat yang dapat digunakan untuk mengestimasi kemungkinan perubahan penggunaan lahan tertentu menjadi penggunaan lahan lain. Variabel terikat (prediktan) dalam regresi logistik bersifat biner (ada atau tdk ada kejadian), dimana 1 = ada perubahan jenis penggunaan lahan dan 0 = tidak ada perubahan jenis penggunaan lahan yaitu untuk rentang waktu tertentu.Dalam penelitian ini, misalnya 1 = ada perubahan ”Hutan” dan 0 = tidak ada perubahan ” Hutan”, untuk rentang waktu antara 1990-1996. Fungsi logistik yang memberikan nilai peluang adanya perubahan penggunaan lahan misalnya ”Hutan” dapat dirumuskan sebagai berikut:

Di mana p adalah peluang perubahan ”Hutan” dalam sel atau grid tertentu, E(Y) adalah nilai biner dari prediktan yang diharapkan,  adalah suatu konstanta estimasi, dan n adalah koefisien untuk tiap prediktor Xn. Fungsi logistik dapat ditransformasi hingga memiliki respon linier dan bentuk persamaannya adalah:

Kombinasi metode regresi logistik dan SCS guna mengestimasi limpasan permukaan untuk beberapa tahun ke depan telah dilakukan oleh Apria (2005). Lokasi kajian adalah DAS Ciliwung Hulu dan variabel bebas (prediktor) yang digunakan adalah jarak ke jalan (X1), jarak ke sungai (X2), jarak ke permukiman (X3), jarak suatu penggunaan lahan terhadap penggunaan lahan yang lain (X4), kepadatan penduduk (X5) dan pendapatan penduduk (X6). Alasan dipilihnya 6 prediktor tersebut terkait dengan peluang berubahnya suatu penggunaan lahan. Misalnya, kepadatan penduduk yang tinggi diperkirakan sebagai salah-satu pendorong adanya perubahan penggunaan lahan tertentu jadi penggunaan lahan lain. Prediktor lain yang juga mendorong hal tersebut adalah jarak ke jalan raya atau sungai besar, maksudnya semakin dekat dengan jalan raya dan sungai besar maka peluang perubahan penggunaan lahan juga semakin besar.

Pengujian Model dan Kalibrasi Peta Prediksi
Untuk menggunakan model logit (Persamaan 5.2) yang telah diperoleh maka model tersebut perlu diuji keabsahannya. Wrigley (1985, dalam Stolle, et al., 2003) menyatakan bahwa pseudo-R2 atau 2 dapat digunakan untuk menguji keabsahan model ini, dan bentuk persamaannya adalah:

dimana  adalah logaritma likelihood model dengan intersep dan kovarian seluruh variabel, dan c adalah logaritma likelihood model hanya dengan intersep. Nilai 2 yang baik (good fit) terletak antara nilai 0,2 – 0,4.

Hasil akhir dari analisis perubahan penggunaan lahan menggunakan model logit yang telah diuji keabsahanya adalah berupa peta prediksi. Untuk melihat ketelitian peta prediksi yang dihasilkan dari model logit tersebut maka peta prediksi perlu dikalibrasi dengan peta realnya. Peta prediksi yang layak digunakan adalah yang memiliki tingkat ketelitian 80%, maksudnya informasi yang dikandung dalam peta tersebut adalah 80% sesuai dengan peta real.

Model Perubahan Penggunaan/Penutup Lahan
Jenis penggunaan/penutup lahan DAS Ciliwung Hulu lebih-kurang ada 8 jenis, namun dalam kajian perubahan penggunaan lahan ini, Apria (2005) melakukan pengelompokkan ulang jadi 3 yaitu hutan, vegetasi dan lahan terbangun. Jumlah persamaan peluang perubahan dari 3 jenis penggunaan lahan tersebut ada 9, namun yang dapat digunakan hanya 5 persamaan dengan nilai R2 antara 0.2-0.5 (Tabel 1). Persamaan regresi logistik tersebut dibangun dari data spasial penggunaan lahan Ciliwung Hulu tahun 1990 dan 1996. Berdasarkan persamaan yang telah diperoleh tersebut dihasilkan peta prediksi penggunaan lahan 1996, dan 2010. Kalibrasi antara peta penggunaan lahan tahun 1996 prediksi dan real menunjukan persentase kesesuaian 70%, artinya model tersebut dapat digunakan untuk proyeksi ke depan.

Tabel 1. Model Regresi Logistik Untuk Prediksi Perubahan Penggunaan Lahan (Sumber: Apria, 2005)

Atas dasar persamaan regresi logistik yang telah dikalibrasi tersebut maka disusunlah peta prediksi penggunaan lahan 2010 (Gambar 1). Luas lahan hutan DAS Ciliwung Hulu pada tahun 2010 diperkirakan hanya tingga 60.2 ha (0.4%) sedangkan pada tahun 1990 lua hutannya masih 5283.7 ha; sedangkan luas lahan terbangunnya akan meningkat 10 kali lipat (2257.9 ha pada tahun 2010). Akibat perubahan penggunaan lahan tersebut maka limpasan DAS Ciliwung Hulu akan berubah dengan sangat signifikan.

Gambar 1. Perubahan Penggunaan/Penutup Lahan DAS Ciliwung (1990, 1996 dan 2010) (Sumber: Apria, 2005)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar